Apa kamu tahu, ternyata jumlah investor di pasar modal meningkat selama masa pandemi Covid-19, lho. Hal ini dinyatakan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen, yang mengatakan bahwa jumlah Single Investor Identification (SID) dari Januari sampai akhir September 2020 mencapai 3,23 juta, “Naik 30 persen dibanding 31 Desember 2019, 2,48 juta SID,” katanya dalam diskusi Capital Market Summit & Expo 2020, Selasa (20/10/2020). Single Investor Identification (SID) adalah kode tunggal dan khusus yang diterbitkan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), digunakan nasabah, pemodal, dan/atau pihak lain untuk melakukan kegiatan terkait transaksi efek dan/atau menggunakan layanan jasa lainnya.
Saham diketahui memiliki risiko yang tinggi, tapi bisa memberikan return atau imbal hasil yang tinggi juga. Hal itu yang membuat saham jadi sangat menarik, apalagi untuk anak muda yang giat mengincar cuan dan suka tantangan. Hal ini juga didukug dari kemudahan membeli saham, mengikuti berita dan analisisnya, dan mendapatkan informasi-informasi, yang semuanya bisa dilakukan melalui online situs dan platform. Menurut Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 16 Oktober 2020 menunjukkan bahwa 47% investor individual berusia di bawah 30 tahun. Hal yang sangat menggembirakan mengetahui banyak milenial yang sudah melek finansial khususnya investasi.
Saham di masa pandemi ini juga sangat menarik bagi sebagian investor, karena banyak saham-saham yang terdiskon atau berada pada harga lebih murah, termasuk saham-saham blue chip, big cap, atau core stock, dengan harapan di masa depan akan mendapatkan keuntungan dari harga yang sudah kembali normal dan naik. Tapi ingat ya, kita harus tetap mempertimbangkan dengan matang apa yang kita beli, jangan hanya ‘coba-coba berhadiah’. Untuk tahap awal, pahami dulu dulnih risk dan return dalam saham, agar kita tahu portofolio bagaimana yang ingin kita bangun.
RETURN
Dalam saham, kita bisa mendapatkan imbal hasil dari;
1. Dividen, adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika kita ingin mendapatkan dividen, maka kita harus memegang saham itu dalam jangka waktu yang lama sampai tiba periode pembagian dividen. Dividen dapat berupa uang tunai atau saham.
2. Capital gain, yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian dengan harga saham pada saat penjualan. Kenaikan harga saham perusahaan ini sering digunakan oleh trade untuk menjual saham tersebut di harga yang lebih tinggi dibanding harga pembelian sebelumnya, gain.
Keuntungan lainnya adalah kita memiliki hak ikut serta dalam RUPS dan diakui sebagai pemilik perusahaan.
RISK
Risiko dalam saham yang mungkin terjadi diantaranya;
1. Capital Loss, yaitu kebalikan dari Capital Gain, dimana harga saat penjualan lebih rendah dari harga pembelian, selisihnya negatif. Biasanya hal ini terjadi ketika nilai sahamnya terus menurun jadi kita memilih menjualnya sebelum turun lebih jauh lagi.
2. Risiko tidak mendapatkan dividen jika perusahaan mengalami kerugian di periode tersebut.
3. Risiko Likuidasi, ketika perusahaannya bankrut atau dibubarkan, pemilik atau pemegang saham memiliki hak paling akhir setelah perusahaan dilikuidasi dan hasilnya dipakai untuk membayar pajak, hak gaji karyawan dan utang. Jika masih terdapat sisa dari likuidasi perusahaan tersebut, maka sisanya dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut.
4. Faktor risiko lainnya diluar kegiatan perusahaan, diantaranya inflasi, nilai tukar mata uang, tingkat suku bunga, serta kondisi sosial dan politik.
MEMINIMALISIR RISIKO
Sebagai investor yang cerdas, kita harus bijak dalam mencegah risiko yang memerlukan niat untuk belajar dan mengontrol keinginan pribadi yang tidak disertai perhitungan sebelumnya. Berikut ini adalah tips-tips untuk mencegah risiko dalam saham:
1. Kenali perusahaan yang akan kita investasikan, pahami prospektus perusahaannya, bidang hingga produk perusahaan. Sehingga kita bisa mengenali bagaimana perusahaan tersebut dapat terus mempertahankan kelangsungannya.
2. Pastikan perusahaannya bluechip dan fundamental baik.
3. Gunakan ‘uang dingin’ untuk membeli saham. Pastikan kita tidak memaksakan membeli saham sebelum memenuhi kebutuhan pokok dan kita dapat membelinya secara bertahap dimulai dari dana yang sedikit dahulu.
4. Lakukan diversifikasi saham, jangan tempatkan dana kita pada satu sektor saham saja karena itu akan berisiko jika ada suatu hal terjadi dan melemahkan sektor tersebut. Atur jumlah saham di portofolio kita, mengambil saham dari sektor berbeda.
Itu tadi adalah beberapa contoh return, risk dan cara meminimalisirnya. Dalam berinvestasi saham, kita harus terus mengasah kemampuan dan pengetahuan dengan mempelajari lebih banyak mengenai situasi dan kondisi pasar, serta cara menyikapinya. Terlebih dimasa pandemi ini, kondisi pasar mungkin tidak stabil, tapi kita tetap bisa memilih perusahaan yang sekiranya aman dan kelangsungannya masih sangat dibutuhkan orang banyak. Analis Teknikal Panin Sekuritas, William Hartanto, menyarankan untuk menanamkan modal di “sektor yang defensif seperti consumer goods, atau yang sedang ada sentimen positifnya, misalnya farmasi, bank syariah, mining khususnya timah dan nikel.”
Terima kasih telah membaca artikel ini. Yuk jadi investor muda yang cerdas investasi! Have a fun investing!
Referensi:
https://idxchannel.okezone.com/
--
Happy Irma Riyanti Prabowo
Universitas Singaperbangsa Karawang
Peserta Magang Online